Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 2 Jenis
- 2.1 Pupuk kandang
- 2.2 Pupuk hijau
- 2.3 Kompos
- 2.4 Humus
- 2.5 Pupuk organik buatan
- 3 Manfaat
- 4 Pupuk Organik Granul
- 4.1 Tahapan Pembuatan Pupuk Organik
- 4.1.1 Pengeringan Bahan
- 4.1.2 Penghalusan dan Pengayakan
- 4.1.3 Penambahan Bahan-bahan Lain
- 4.1.4 Granulasi
- 4.1.5 Pengeringan dan Pengemasan
- 5 Pelestarian lingkungan
- 6 Referensi
- 7 Lihat Pula
- 8 Pranala Luar
|
Sejarah
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian.
Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia
mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah
dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin.Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani.
Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk
buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari
pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh.
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga
dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk
buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah
membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
Jenis
KETIKAN CELINE ANGELY
Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam.
. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.
Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium.
[4] Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum.
[4] Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.
[4] Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:
[4]
- Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.[4]
- Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas,
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.[4] Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik.[4] Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal.[4]
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin,
remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang.[4] Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.[4] Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.[4] Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi.[4]
Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan
setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk
kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.[4]
Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau
berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih
hijau atau setelah dikomposkan.
[4]
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau
tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau,
seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
(Azolla).
[4] Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.
[4] Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.
[4]
Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan
unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.
[4] Pupuk hijau digunakan dalam:
[4]
- Penggunaan tanaman pagar,
yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman
pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman
utama.[4]
- Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman
yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau
tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok
berupa tanaman tahunan.[4]
Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
[5] Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
[5] Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas.
[5] Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
[5] Beberapa kegunaan kompos adalah:
[5]
- Memperbaiki struktur tanah.[5]
- Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.[5]
- Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.[5]
- Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.[5]
- Menambah dan mengaktifkan unsur hara.[5]
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.
[5] Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di bawah 40
0 c).
[5]
Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi
ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah.
[6] Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.
[6] Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.
[6] Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air.
[6]
Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah,
membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan
tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik.
[6] Kandungan utama dari kompos adalah humus.
[6] Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.
[6]
Pupuk organik buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang modern.
[7] Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:
[7]
- Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.[7]
- Meningkatkan produktivitas tanaman.[7]
- Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.[7]
- Menggemburkan dan menyuburkan tanah.[7]
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan
kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi
pupuk organik tersebut.
[7]
Manfaat
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan
pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami
degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.
[8] Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.
[8] Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
[8] Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
[8]
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan
karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga
pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat
bervariasi.
[8] Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.
[8]
Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa
kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.
[8] Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
[8] Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.
[8] Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya.
[8] Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.
[8] Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.
[8] Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).
[8] Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.
[8] Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah.
[8]
Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami
atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik
tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.
[8] Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
[8]
- Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pupuk_organik&action=edit§ion=8dikit.[8]
unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman,,apa lagi bagi pencinta tanaman hias,,Banyak para
hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan
pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang
bibit, remaja atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara
makro :
Nitrogen ( N ) -Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri -Berfungsi
untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman -Merangsang
pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun, panjang daun, lebar daun,) dan
pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang). -Tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning
dan mati.
Phospat ( P ) -Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman -Merangsang pembungaan dan pembuahan -Merangsang
pertumbuhan akar -Merangsang pembentukan biji -Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel -Tanaman yang kekurangan unsur P
gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium ( K ) -Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. -Meningkatkan daya
tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit -Tanaman yang kekurangan unsur
K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau
gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan
kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
- Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.[8]
- Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.[8]
Pupuk Organik Granul
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat
curah, table, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini
tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya.
Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk
granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul
dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.
Tahapan Pembuatan Pupuk Organik
Pengeringan Bahan
Bahan pupuk organik yang digunakan bisa dibuat dari pupuk kandang.
Tapi perlu diingat pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang
yang sudah ‘matang’ bukan yang baru keluar dari binatangnya. Bisa juga
menggunakan kompos, baik kompos dari limbah pertanian, kompos dari
sampah organik, atau humus yang langsung diambil dari tanah.
Langkah pertama adalah pengeringan. Kompos ini harus dikeringkan
terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur di
bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering (rotary
dryer). Kadar air kompos kering kurang lebih <20%. Lebih kering lebih
bagus.
Penghalusan dan Pengayakan
Kompos yang sudah kering kemudian digiling dengan mesin giling. Atau
ditumbuk saja juga bisa. Tingkat kehalusan kompos yang diperlukan
minimal 80 mesh. Biasanya aku memilin 100 mesh. Kompos halus ini
kemudian diayak dengan ayakan 80 mesh atau 100 mesh. Sisa bahan yang
tidak lolos ayakan dikembalikan ke alat penggiling.
Penambahan Bahan-bahan Lain
Apabila diperlukan dapat pula ditambahkan beberapa bahan lain.
Beberapa bahan yang sering ditambahkan adalah pupuk anorganik untuk
meningkatkan kandungan hara N, P, K, atau hara mikro lainnya. Dapat pula
ditambahkan dengan asam humat atau asam fulvat atau hormon perangsang
pertumbuhan tanaman. Apabila memungkinkan dapat pula ditambahkan dengan
mikroba-mikroba. Cuma tidak semua mikroba bisa ditambahkan ke dalam
pupuk granul. Banyaknya bahan yang ditambahkan berbeda-beda untuk setiap
perusahaan. Jenis dan dosis ini merupakan ‘rahasia perusahaan’
masing-masing. Ibaratnya masakan, jenis masakan bisa sama tetapi
‘ramuannya’ bisa berbeda-beda untuk setiap koki.
Granulasi
Setelah semua bahan siap, langkah berikutnya adalah pembuatan granul.
Granul dapat dibuat dengan berbagai cara. Cara paling sederhana adalah
dengan menggunakan nampan biasa. Biasanya aku gunakan cara ini untuk
membuat contoh granul skala kecil. Bahan yang diperlukan sekitar 300 gr –
500 gr. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan, tambahakan air +
perekat (jika perlu). Kemudian nampan digoyang-goyang sampai terbentuk
granul. Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penambahan
air/perekat. Jumlahnya harus pas, tidak boleh berlebih atau terlalu
sedikit. Di sinilah seni-nya membuat granul.
Alat lain yang juga dapat digunakan untuk membuat granul adalah moleh
pengaduk semen. Alat ini biasa digunakan oleh para tukang batu untuk
membuat rumah dan dapat diperoleh di toko-toko penjual alat bagunan.
Prinsip kerjanya sama seperti cara di atas. Pertama masukkan bahan ke
dalam moleh. Hidupkan mesinnya. Sambil diputar-putar, masukkan air
sedikit demi sedikit ke dalam molen hingga terbentuk granul. Setelah
granul terbentuk, isi molen dapat dituang.
Alat lain yang khusus dibuat untuk granulasi adalah pan granulator.
Alat ini berbentuk piringan yang berputar. Prinsip kerjanya sih masih
sama dengan cara nampan di atas. Ukuran piringan bisa bermacam-macam.
Kami memiliki pan granulator ukuran kecil dengan diameter 1 m dan ada
juga yang berukuran 2.5 m. Cara kerjanya sama seperti yang telah
disebutkan di atas.
Pelestarian lingkungan
Tanaman penutup tanah
(cover crop) dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan.
[9] Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan.
[9] Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA
(Low External Input and Sustainable Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep
good agricultural practices perlu dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan.
[9]
Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan
digalakkan.
[9] Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman
(crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong
(alley cropping) maupun tanaman penutup tanah
(cover crop) sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.
[9]